BRAINSTORMING KASUS MATERNITAS
1. KASUS
Seorang
ibu usia 26 Tahun (Ny. Aliya) melahirkan
anak ke- 2 secara normal satu hari yang lalu. Kondisi saat ini ibu masih
terbaring di tempat tidur. Ibu sering mengaduh kesakitan akibat nyeri pada
jalan lahir serta adanya kontraksi uterus. Nyeri pada skala 4, terutama saat
bergerak. Saat dilakukan pengkajian, terdapat jahitan pada bagian perineum
sebanyak 4 , lochea berjumlah sedang, berbau
khas, berwarna merah terang. Pemeriksaan TFU menunjukkan dua jari dibawah
pusat, posisi fundus di sebelah kiri. Ibu sudah mulai merawat bayinya, ibu
berusaha menyusui bayinya, namun ASI
keluar sedikit, bayi menangis, pelekatan dan posisi menyusui tidak tepat. Klien
bekerja di pabrik besar sebagai sekretaris, klien berencana menyusui bayinya
dengan susu formula yang mahal setelah cuti selesai. Menurut klien ASI dan susu
formula sama baiknya.
2.
Istilah
Asing
·
Uterus : Rahim/ bagian dari sistem
reproduksi wanita yang ada di dalam panggul
·
Perineum : daerah tubuh antara anus dan vulva
pada wanita, dan antara anus dan skrotum pada laki-laki
·
Lochea : cairan yang berasal dari cavum
uteri (rongga rahim) dan vagina dalam masa nifas
ü Masa nifas
(puerperium) : masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat produksi pulihseperti
sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu/40 hari
(Ambarwati, 2010)
·
TFU
(Tinggi Fundus Uteri) digunakan sebagai salah satu cara untuk mengetahui usia
kehamilan dimana biasanya lebih tepat bila dilakukan pada kehamilan yang
pertama.
ü 3 jari di atas
simfisis = 12 minggu
ü Pertengahan
simfisis-pusat = 16 minggu
ü 3 jari di bawah
pusar = 20 minggu
ü Setinggi pusat =
22 minggu
ü 2 jari di atas
pusat = 28 minggu
ü Pertengahan
pusat-prosesus xifoideus = 34 minggu
ü Setinggi
prosesus xifoideus = 36 minggu
ü 2 jari (4cm) di
bawah prosesus xifoideus = 40 minggu
Cara
selain TFU :
ü Hari Pertama
Haid Terakhir ( HPHT)
Ket.
|
HARI
|
BULAN
|
TAHUN
|
Januari -
Maret
|
+ 7
|
+9
|
+0
|
April -
Desember
|
+7
|
-3
|
+1
|
ü Perhitungan pada
pemeriksaan Ultra Sonografi (USG).
3
cara:
-
Dengan
mengukur diameter kantong kehamilan (GS= Gestational Sac) untuk kehamilan 6-12
minggu.
-
Dengan
mengukur jarak kepala bokong (GRI= Grown rump Length) untuk umur kehamilan 7-14
minggu.
-
Dengan
mengukur diameter biparietal (BPD) untuk kehamilan lebih dari 12 minggu
ü Dihitung dari
denyut jantung janin (DJJ) pertama kali didengar saat pemeriksaan, biasanya DJJ
terdengar pada usia kehamilan 12 minggu. Tetapi pemeriksaan ini kurang akurat,
dikarenakan suara DJJ masih lemah, jadi sering tidak terdengar.
ü Dihitung dari
gerakan janin pertama kali dirasakan oleh ibu. Gerakan janin pertama kali
dirasakan oleh ibu saat usia kehamilan 16-18 minggu.
3.
Pertanyaan
a)
Mengapa
setelah melahirkan terasa nyeri ?
b)
Bagaimana
manajemen nyeri persalinan ?
c)
Mengapa
di bagian perineum harus disayat ?
d)
Apa
saja jenis-jenis lochea post persalinan ?
e)
Apa
saja faktor yang mempengaruhi produksi ASI ?
f)
Mengapa
ASI hanya mau keluar sedikit ?
g)
Adaptasi
fisiologis dan psikologis post partum
h)
Pengkajian
pada pasien post partum
i)
Diagnosa
yang mungkin muncul pada pasien post partum
j)
Intervensi
(NIC) pada pasien post partum
4.
Jawaban
a)
Karena
setelah melahirkan, biasanya perut ibu masih terasa mulas dan keras. Hal ini
adalah normal karena rahim ibu mengalami kontraksi untuk pengecilan. Biasanya
sisa darah kotor akan terus keluar selama kurang lebih 40 hari dan tidak banyak
b) Manajemen
nyeri persalinan
-
Nyeri persalinan merupakan pengalaman
subjektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi
dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan. Respon
fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi,
pernapasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot (Arifin, 2008).
-
Nyeri persalinan ditandai dengan adanya
kontraksi rahim, kontraksi sebenarnya telah terjadi pada minggu ke-30 kehamilan
yang disebut kontraksi Braxton hicks akibat perubahan-perubahan dari hormon
estrogen dan progesteron tetapi sifatnya tidak teratur, tidak nyeri dan
kekuatan kontraksinya sebesar 5 mmHg, dan kekuatan kontraksi Braxton hicks ini
akan menjadi kekuatan his dalam persalinan dan sifatnya teratur. Kadang kala
tampak keluarnya cairan ketuban yang biasanya pecah menjelang pembukaan
lengkap, tetapi dapat juga keluar sebelum proses persalinan. Dengan pecahnya
ketuban diharapkan persalinan dapat berlangsung dalam waktu 24 jam (Gadysa,
2009)
c)
Episiotomi,
yaitu membuat sayatan di bagian perineum (bagian antara vagina dan anus) untuk
mencegah robekan jalan lahir. Setelah persalinan selesai, episiotomi ini akan
dijahit kembali. Jahitan akan terasa sakit saat ibu berjalan atau duduk serta
saat bersin atau batuk
d)
Jenis
– Jenis Lochea menurut Suherni (2009), yaitu :
ü Lochea rubra
(Cruenta) : ini berisi darah segar sisa – sisa selaput ketuban, sel – sel
desidua, vernix caseosa, lanugo dan meconium, selama 2 hari pasca persalinan.
ü Lochea
sanguinolenta : warnanya merah kuning berisi darah dan lender. Ini terjadi pada
hari ke – 3 – 7 pasca persalinan.
ü Lochea serosa :
berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke – 7 – 14 pasca
persalinan.
ü Lochea alba :
cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu pasca persalinan.
ü Lochea parulenta
: ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
ü Lochiotosis :
lochea tidak lancar keluarnya.
e)
Faktor
yang mempengaruhi produksi asi :
·
Frekuensi
Penyusuan : Seberapa sering seorang wanita menyusui bayinya yang baru saja
dilahirkan. Semakin sering ASI dipompa maka akan semakin memudahkan ASI keluar.
Meskipun pada saat pertama kali menyusui tidak mengeluarka ASI, akan tetapi
proses pemompaan pada ASI secara perlahan akan membuat keluarnya ASI menjadi
lancar.
·
Berat
Lahir
Berat bayi pada saat lahir berpengaruh
pada seberapa kuat si bayi menghisap ASI dari ibunya.
·
Umur
Kehamilan Saat Melahirkan
Bayi yang lahir secara prematur memiliki
kondisi tubuh yang lemah. tidak mampu menghisap, sedangkan ASI, pada mula
keluarnya harus mendapatkan rangsangan.
·
Stres
Setelah Melahirkan
Rasa cemas sebelum melahirkan dapat
mengganggu proses laktasi yang berujung pada terganggunya proses pengeluaran
ASI. Pada ibu dengan kondisi yang rileks, ASI akan lebih mudah keluar.
·
Konsumsi
Rokok
Kebiasaan merokok dapat mengganggu
hormon prolaktin dan oksitosin. Hormon prolaktin dan oksitosin meruapakan jenis
hormon yang berkaitan dengan produksi ASI. Saat sedang merokok, pada diri
seseorang terutarama wanita akan terjadi pelepasan adrenalin dimana adrenalin
ini dapat menghambat keluarnya hormon ositosin.
·
Konsumsi
Alkohol
Etanol yang terdapat dalam alcohol membuat
produksi oksitosin terhambat. Kontraksi yang terjadi pada rahim merupakan salah
satu indikator produksi oksitosin.
·
Pil
Kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi
esterogen dan progestin juga memiliki kaitan terhadap penurunan volume
ASI. Akan tetapi jika mengkonsumsi pil
kontrasepsi yang hanya mengandung progestin, tidak akan berdampak kepada
penurunan volume ASI. Hal ini juga disarankan oleh WHO agar ibu menyusui
menggunakan pil kontrasepsi dengan kandungan progestin saja.
f)
ASI
tidak begitu lancar pada hari 1 & 2 adalah hal yang wajar. Waktu yang tepat
untuk menyusui bayi adalah SEGERA setelah bayi lahir atau IMD (Inisiasi Menyusu
Dini). ASI akan meningkat seiring dengan semakin seringnya bayi mengisap puting
susu ibu. ASI yang pertama keluar mengandung KOLOSTRUM yang merupakan cairan
kental berwarna kekuning-kuningan yang sangat istimewa karena kaya akan nutrisi
dan antibodi
g)
Adaptasi
Psikologis Post Partum
Ø Dependen :
taking in
-
Fokus
ke diri ibu : pemenuhan kebutuhan
-
24
jam pertama (1-2 hari)
-
Gembira
dan banyak bicara
-
Ingin
menceritakan pengalaman bersalin
Ø Dependen-independen
: taking-hold
-
Mulai
hari 2-3, berakhir hari ke 10 atau beberapa minggu
-
Fokus
pada perawatan bayi dan kemampuan menjadi ibu
-
Mengatasi
ketidak nyamanan fisik dan perubahan emosional
Ø Interdependen : letting
go
-
Fokus
: perubahan kekeluarga sebagai kesatuan interaksi dengan anggota lain
-
Memulai
hubungan dengan pasangan suami/istri
-
Ikatan
antara ibu dan bayi
-
Adaptasi
normal
-
Peran
ibu : Ketidaknyamanan post partum, perubahan body image, kenyataan tidak hamil
lagi (Saifuddin,2002)
Adaptasi
Fisiologi Post Partum
Ø Perubahan sistem
reproduksi
Ø Involusio uterus
: Autolisis (pemecah)
Ø Lokia : Lapisan
luar dari desidua yang neekrotik dan keluar bersama sisa cairan/darah
Ø Terjadi sampai
3-6 minggu post partum
Ø Lokia rubra
(merah), serosa, alba
Ø Perubahan
perineum, vagina,vulva, dan otot-otot panggul >> berkurangnya sirkulasi
progresteron >> pemulihan kearah tonisitas/elastisitas normal (Syaifuddin,2002).
h)
Pengkajian
Nama
klien : Ny. Aliya
Umur
klien : 26 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Sekretaris Pabrik
Diagnosa medic : Post partum
Keluhan Utama Saat Ini
Klien mengatakan nyeri pada jalan lahir
terutama saat bergerak
Analisa Data
DS:
Klien mengatakan nyeri pada jalan lahir
terutama jika untuk bergerak
Nyeri sedang skala 4 (sedang)
DO:
Klien masih terbaring di tempat tidur.
Klien tampak mengaduh kesakitan akibat
nyerinya
i)
Diagnosa
Keperawatan
ü Nyeri akut b.d
agen injuri fisik (episiotomi)
ü Menyusui
berhubungan dengan tingkat pengetahuan
j)
Intervensi
(NIC)
Rencana Pendidikan Kesehatan
·
Kerja
Memberikan informasi bahwa selama tiga
minggu post partum belum diperbolehkan bekerja keras, seperti mengangkat ember,
barang-barang yang berat, dan memperbolehkan bekerja ringan seperti menyapu,
menyetrika, dan memasak.
·
Istirahat
Mengajarkan kepada ibu agar istirahat
dengan cukup saat bayi tertidur, hal ini sangat baik untuk memulihkan kondisi
ibu walaupun ibu tidak punya masalah dengan keadaan tidur.
·
Latihan
Mengajarkan kepada ibu bahwa latihan
pada awal minggu pertama post partum
seperti menaiki tangga, senam post partum.
·
Hygiene
Mengajarkan pada ibu untuk selalu
membersihkan daerah vagina dan perineum setelah bak atau bab dengan air sabun.
·
Koitus
Mengajarkan pada ibu bahwa koitus bisa
dimulai apabila lokhia berubah menjadi putih dan luka perineum sudah sembuh
sempurna serta ibu merasa nyaman untuk melakukan hubungan.
·
Kontrasepsi
Menjelaskan kepada ibu bisa menggunakan
kontrasepsi setelah tiga minggu post
partum dan apabila ibu menyusui secara penuh dan tidak memberikan makanan
tambahan pada bayi bisa dipergunakan untuk kontrasepsi selama enam bulan post
partum.
·
Follow
up
Ibu bisa mengontrolkan diri seminggu
setelah persalinan dan selanjutnya kontrol sampai 42 hari post partum
Nyeri
akut b.d agen injuri fisik (episiotomi)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan rasa nyeri teratasi
Kriteria hasil : Mengidentifikasi dan
mengunakan intervensi untuk mengatasi ketidaknyamanan dengan tepat,
mengungkapkan berkurangnya ketidaknyamanan.
ü Tentukan adanya
lokasi, dan sifat ketidaknyamanan. Tinjau ulang persalinan dan catatan
kelahiran.
ü Inspeksi
perbaikan perineum dan episiotomy. Perhatikan edema, ekimosis, nyeri tekan
local, eksudat purulen, atau kehilangan perlekatan jaringan.
ü Berikan kompres
es pada perineum, khusus nya selama 24 jam pertama setelah kelahiran.
ü Berikan kompres
panas lembab (misal rendam duduk/bak mandi) diantara 100o dan 105o F (38o
sampai 43,2o C) selam 20 menit, 3-4 kali sehari, setelah 24 jam 1.
ü Anjurkan duduk
dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan episiotomy.
ü Infeksi hemoroid
pada perineum. Anjurkan penggunaan kompres es selama 20 menit setiap 4 jam,
penggunaan kompres witch hazel, dan menaikan pelvis pada bantal.
ü Kaji nyeri tekan
uterus; tentukan adanya dan frekuensi/intensitas afterpain.
ü Anjurkan klien
berbaring tengkurap dengan bantal dibawah abdomen, dan melakukan tehnik
visualisasi atau aktivitas pengalihan.
ü Inspeksi
payudara dan jaringan putting; jika adanya pembesaran dan/atau pitung pecah –
pecah.
ü Ajurkan untuk
mengunakan bra penyokong
ü Berikan
informasi mengenai peningkatan frekuensi temuan, memberikan kompres panas
sebelum member makan, mengubah posisi bayi dengan tepat, dan mengeluarkan susu
secara berurutan , bila hanya satu putting yang sakit atau luka.
ü Berikan kompres
es pada area aksila payudara bila klien tidak merencanakan menyusui.
ü Kaji klien
terhadap kepenuhan kandung kemih.
ü Evaluasi
terhadap sakit kepala, khususnya setelah anesthesia subaraknoid. Hindari member
obat klien sebelum sifat dan penyebab dari sakit kepala ditentukan.
Kolaborasi :
ü Berikan
bromokriptin mesilat (parlodel) dua kali sehari dengan makan selama 2 – 3
minggu. Kaji hipotensi pada klien; tetap dengan klien selama ambulasi pertama.
ü Berikan
analgesic 30 – 60 menit sebelum menyusui. Untuk klien yang tidak menyusui,
berikan analgesic setiap 3 – 4 jam selama pembesaran payudara dan afterpain.
ü Berikan sprei
anestetik, salep topical, dan kompres witc hazel untuk perineum bila
dibutuhkan.
ü Bantu sesuai
dengan injeksi salin atau pemberian “ blood patch “ pada sisi pungsi dural.
Pertahankan klien pada posisi horizontal setelah prosedur.
Menyusui
berhubungan dengan tingkat pengetahuan
Tujuan : setelah dilakukan demostrasi
tentang perawatan payudara diharapkan tingkat pengetahuan ibu bertambah.
Kriteria hasil : mengungkapkan pemahaman
tentang proses menyusui, mendemonstrasikan tehnik efektif dari menyusui,
menunjukan kepuasan regimen menyusui satu sama lain, dengan bayi dipuaskan
setelah menyusui.
ü Kaji pengetahuan
dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya.
ü Tentukan system
pendukung yang tersedia pada klien, dan sikap pasangan/keluarga.
ü Berikan
informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologis dan keuntungan menyusui,
perawatan putting dan payudara, kenutuhan diet khusus, dan factor – factor yang
memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui.
ü Demostrasikan
dan tinjauan ulang tehnik – tehnik menyusui. Perhatikan posisi bayi selama
menyusui dan lama menyusui.
ü Kaji putting
klien; anjurkan klien melihat putting setiap habis menyusui.
ü Anjurkan klien
untuk mengeringkan putting dengan udara selama 20 – 30 menit setelah menyusui.
ü Instruksikan
klien untuk menghindari penggunaan putting kecuali secara khusus diindikasi.
ü Berikan
pelindung putting payudara khusus untuk klien menyusui dengan putting masuk
atau datar.
Kolaborasi :
ü Rujuk klien pada
kelompok pendukung; misal posyandu
ü Identifikasi
sumber – sumber yang tersedia dimasyarakat sesuai indikasi
Comments
Post a Comment