LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK
PEMBAHASAN
- DEFINISI
Katarak adalah proses terjadinya
opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari
proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn
Doengoes, dkk. 2000).
- KLASIFIKASI
Katarak
dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
1. Katarak
terkait usia (katarak senilis)
Katarak senilis adalah jenis katarak
yang paling sering dijumpai. Satusatunya gejala adalah distorsi penglihatan dan
penglihatan yang semakin kabur.
2. Katarak
anak- anak
Katarak
anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Katarak
kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya.
Banyak
katarak kongenital yang tidak diketahui penyebabnya walaupun mungkin terdapat
faktor genetik, yang lain disebabkan oleh penyakit infeksi atau metabolik, atau
beerkaitan dengan berbagai sindrom.
b. Katarak
didapat, yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan sebab-sebab
spesifik. Katarak didapat terutama disebabkan oleh trauma, baik tumpul maupun
tembus. Penyyebab lain adalah uveitis, infeksi mata didapat, diabetes dan obat.
3. Katarak
traumatic
Katarak
traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau trauma
tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda
asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang-
kadang korpus vitreum masuk kedalam struktur lensa.
4. Katarak
komplikata
Katarak
komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraocular pada fisiologi
lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul posterior dan akhirnya
mengenai seluruh struktur lensa. Penyakit- penyakit intraokular yang sering
berkaitan dengan pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau rekuren,
glaukoma, retinitis pigmentosa dan pelepasan retina.
5. Katarak
akibat penyakit sistemik
Katarak
bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik berikut: diabetes
mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis atropik,
galaktosemia, dan syndrome Lowe, Werner atau Down.
- ETIOLOGI
Menurut Mansjoer (2000), penyebab terjadinya
katarak bermacammacam. Umumnya adalah usia lanjut (katarak senil), tetapi dapat
terjadi secara kongenital akibat infeksi virus di masa pertumbuhan janin,
genetik, dan gangguan perkembangan. Dapat juga terjadi karena traumatik, terapi
kortikosteroid metabolik, dan kelainan sistemik atau metabolik, seperti diabetes
mellitus, galaktosemia, dan distrofi miotonik. Rokok dan konsumsi alkohol
meningkatkan resiko katarak.
- PATOFISIOLOGI
Lensa
mengandung 3 komponen anatomis:
Nukleus
à zone sentral
Korteks
à perifer
Kapsul
anterior dan posterior
·
Nukleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan dg bertambahnya usia
·
Perubahan fisik (perubahan pd serabut
halus multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier kesekitar daerah lensa) à hilangnya tranparansi lensa
·
Perubahan kimia dlm protein lensa à koagulasi à mengabutkan pandangan
·
Terputusnya protein lensa disertai
influks air kedalam lensa
·
Usia meningkat à Penurunan enzim menurun à degenerasi pd lensa
Faktor
yg mempengaruhi kejadian katarak:
Radiasi
sinar ultra violet B, Obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan
vitamin antioksidan yg kurang dlm jangka waktu lama.
- MANIFESTASI KLINIS
Katarak didiagnosis terutama dengan
gejala subjektif. Biasanya, pasien melaporkan penurunan ketajaman fungsi
penglihatan, silau, dan gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang
diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi, temuan objektif biasanya
meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak
akan tampak dengan ftalmoskop. Ketika
lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan
dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan
kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan
susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak
kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama
bertahun-tahun , dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang
lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan. Orang dengan katarak
secara khas selalu mengembangkan strategi untuk menghindari silau yang
menjengkel yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya, ada yang
mengatur ulang perabotan rumahnya sehingga sinar tidak akan langsung menyinari
mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelepak lebar atau kaca mata hitam dan
menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari (Smeltzer,
2002).
- PENATALASAKSAAN
Pembedahan dilakukan bila tajam
penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan
sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit seperti glaukoma dan uveitis
(Mansjoer, 2000). Dalam bedah katarak, lensa diangkat dari mata (ekstraksi
lensa) dengan prosedur intrakapsular atau ekstrakapsular. Ekstraksi intrakapsular
yang jarang lagi dilakukan saat ini adalah mengangkat lensa in toto, yakni
didalam kapsulnya melaui insisi limbus superior 140-1600. pada ekstraksi
ekstrakapsular juga dilakukan insisi limbus superior, bagian anterior kapsul
dipotong dan diangkat, nukleus diekstraksi dan korteks lensa dibuang dari mata
dengan irigasi dan aspirasi atau tanpa aspirasi sehingga menyisakan kapsul
posterior. Fakofragmentasi dan fakoemulsifikasi dengan irigasi atau aspirasi
(atau keduanya) adalah teknik ekstrakapsular yang menggunakan getaran- getaran ultrasonik
untuk mengangkat nukleus dan korteks melalui insisi lumbus yang kecil (2-5 mm),
sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca operasi. Teknik ini kurang
bermanfaat pada katarak senilis yang padat dan keuntungan insisi lumbus yang
kecil agak berkurang jika dimasukkan lensa intraokuler. Pada beberapa tahun
silam, operasi katarak ekstrakapsular telah menggantikan prosedur intrakapsular
sebagai jenis bedah katarak yang paling sering. Alasan utamanya adalah bahwa
apabila kapsul posterior utuh, ahli bedah dapat memasukkan lensa intra okuler
ke dalam kamera posterior. Insiden komplikasi pasca operasi seperti abasio
retina dan edema makula lebih kecil bila kapsul posteriornya utuh. Jika
digunakan teknik insisi kecil, masa penyembuhan pasca operasi biasanya lebih
pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari operasi itu juga, tetapi
dianjurkan untuk bergerak dengan hati- hati dan menghindari peregangan atau
mengangkat benda berat selama sekitar satu bulan. Matanya dapat dibalut selama
beberapa hari, tetapi kalau matanya terasa nyaman, balutan dapat dibuang pada
hari pertama pasca operasi dan matanya dilindungi dengan kacamata. Perlindungan
pada malam hari dengan pelindung logam diperlukan selama beberapa minggu.
Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi
biasanya pasien melihat dengan cukup baik melalui lensa intraokuler sambil
menantikan kacamata permanen.(Vaughan, 2000)
- KOMPLIKASI
Bila katarak dibiarkan maka akan terjadi
komplikasi berupa glaucoma dan uveitis. Glaukoma adalah peningkatan abnormal
tekanan intraokuler yang menyebabkan atrofi saraf optik dan kebutaan bila tidak
teratasi (Doenges, 2000). Uveitis adalah inflamasi salah satu struktur traktus
uvea (Smeltzer,2002).
DAFTAR PUSTAKA
Dongeous,
Marilynn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
Mansjoer,
Arif. 2000. Kapitasi Selekta Kedokteran
Jilid 1. Jakarta: Media Aesculaplus.
Smeltzer,
S. C & Bare, B.G. 2002. Buku Ajar
Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2. Jakarta: EGC.
Vaughan,
Dale. 2000. Oftamologi Umum. Jakarta:
Media Medika.
Comments
Post a Comment